
JAKARTA, KOMPAS — Manajemen Artha Graha
 Network yang memimpin rencana reklamasi Teluk Benoa di Bali memastikan 
proyek itu bertujuan membangun obyek wisata baru untuk membangkitkan 
pariwisata setempat. Reklamasi dengan membuat pulau-pulau buatan di 
dalam teluk sekitar Pulau Pudut bernilai 3 miliar dollar AS.
Ini dikatakan Wisnu Tjandra, salah satu direksi Artha Graha Network, Senin (27/1/2014), saat bertandang ke kantor Kompas. Ia menjanjikan, destinasi wisata itu tak mengganggu aktivitas nelayan dan memastikan 50 persen dari total area seluas 700 hektar itu sebagai kawasan pepohonan (hijau) dan aliran air (biru).
Konsep pembangunan destinasi wisata dikerjakan Surbana, perusahaan konsultan perancang Sentosa Island di Singapura. Terkait analisis oseanografi dan analisis mengenai dampak lingkungan, menurut Wisnu, proyek ini masih pada tahap awal.
”Konsep revitalisasi Kawasan Teluk Benoa berbentuk pulau-pulau yang memperhatikan alur laut alami dan menjaga jarak cukup antara pulau dan tanaman mangrove,” tuturnya.
Jarak antarpulau ataupun mangrove adalah 80 hingga 300 meter. Kedalaman air dikembalikan menjadi 3-5 meter saat air laut surut. Harapannya, pulau-pulau itu bisa dilewati kapal nelayan dan dimanfaatkan sebagai lokasi olahraga air.
Revitalisasi kedalaman air laut, kata Wisnu, penting karena kawasan setempat terancam pendangkalan. Karena itu, pulau-pulau dibangun mengikuti analisis dinamika air setempat.
Wisnu mengatakan, revitalisasi Teluk Benoa bisa melestarikan kawasan mangrove Taman Hutan Rakyat Ngurah Rai yang terancam sampah dan perambah. Selain itu, Pulau Pudut yang mengalami abrasi parah akan direklamasi. Teluk Benoa juga akan menjadi destinasi wisata baru yang diharapkan meningkatkan kunjungan wisata dan menyerap tenaga kerja.
Ini dikatakan Wisnu Tjandra, salah satu direksi Artha Graha Network, Senin (27/1/2014), saat bertandang ke kantor Kompas. Ia menjanjikan, destinasi wisata itu tak mengganggu aktivitas nelayan dan memastikan 50 persen dari total area seluas 700 hektar itu sebagai kawasan pepohonan (hijau) dan aliran air (biru).
Konsep pembangunan destinasi wisata dikerjakan Surbana, perusahaan konsultan perancang Sentosa Island di Singapura. Terkait analisis oseanografi dan analisis mengenai dampak lingkungan, menurut Wisnu, proyek ini masih pada tahap awal.
”Konsep revitalisasi Kawasan Teluk Benoa berbentuk pulau-pulau yang memperhatikan alur laut alami dan menjaga jarak cukup antara pulau dan tanaman mangrove,” tuturnya.
Jarak antarpulau ataupun mangrove adalah 80 hingga 300 meter. Kedalaman air dikembalikan menjadi 3-5 meter saat air laut surut. Harapannya, pulau-pulau itu bisa dilewati kapal nelayan dan dimanfaatkan sebagai lokasi olahraga air.
Revitalisasi kedalaman air laut, kata Wisnu, penting karena kawasan setempat terancam pendangkalan. Karena itu, pulau-pulau dibangun mengikuti analisis dinamika air setempat.
Wisnu mengatakan, revitalisasi Teluk Benoa bisa melestarikan kawasan mangrove Taman Hutan Rakyat Ngurah Rai yang terancam sampah dan perambah. Selain itu, Pulau Pudut yang mengalami abrasi parah akan direklamasi. Teluk Benoa juga akan menjadi destinasi wisata baru yang diharapkan meningkatkan kunjungan wisata dan menyerap tenaga kerja.
 Seorang warga tengah memandang Pulau Pudut, Tanjung Benoa, Kabupaten 
Badung, Bali, Selasa (16/7/2013). Pulau tersebut terancam hilang akibat 
pengerukan dan abrasi jika tidak direklamasi kembali. Selain 
dimanfaatkan sebagai obyek wisata oleh masyarakat adat, pulau tersebut 
juga digunakan sebagai kawasan konservasi penyu.
 Seorang warga tengah memandang Pulau Pudut, Tanjung Benoa, Kabupaten 
Badung, Bali, Selasa (16/7/2013). Pulau tersebut terancam hilang akibat 
pengerukan dan abrasi jika tidak direklamasi kembali. Selain 
dimanfaatkan sebagai obyek wisata oleh masyarakat adat, pulau tersebut 
juga digunakan sebagai kawasan konservasi penyu.
Secara terpisah, Khalisah Khalid, Kepala Departemen Jaringan dan 
Pengembangan Sumber Daya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, mengatakan, 
sejak akhir Desember 2010, Gubernur Bali menerbitkan kebijakan 
moratorium akomodasi pariwisata di Bali Selatan. Ini didasarkan 
penelitian Kementerian Pariwisata dan Budaya pada 2010 yang menyatakan 
kawasan setempat mengalami kelebihan hotel. Pembangunan kawasan terpadu 
Teluk Benoa dinilai sebagai inkonsistensi kebijakan gubernur.
Terkait hal ini, Wisnu mengatakan, pihaknya tidak membangun hotel, hanya sejumlah obyek wisata baru.
Namun, di dalam masterplan reklamasi Teluk Benoa yang disusun Surbana, beberapa bagian pulau diperuntukkan bagi pembangunan hotel resor dan vila.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Conservation International Indonesia Ketut Sarjana mengatakan, analisis modeling menunjukkan, reklamasi 80 persen Teluk Benoa akan menciptakan masalah baru. Rob dan banjir bisa menggenangi permukiman atau sarana wisata sekitar hingga Bandara Ngurah Rai karena Benoa sebagai tempat mengalir 4 daerah aliran sungai kehilangan fungsi penampung air. (ICH)
Terkait hal ini, Wisnu mengatakan, pihaknya tidak membangun hotel, hanya sejumlah obyek wisata baru.
Namun, di dalam masterplan reklamasi Teluk Benoa yang disusun Surbana, beberapa bagian pulau diperuntukkan bagi pembangunan hotel resor dan vila.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Conservation International Indonesia Ketut Sarjana mengatakan, analisis modeling menunjukkan, reklamasi 80 persen Teluk Benoa akan menciptakan masalah baru. Rob dan banjir bisa menggenangi permukiman atau sarana wisata sekitar hingga Bandara Ngurah Rai karena Benoa sebagai tempat mengalir 4 daerah aliran sungai kehilangan fungsi penampung air. (ICH)
by :Compas 
